Riba

Riba'
(Pasal)

Riba hukumnya haram, baik melakukannya, memakannya, mengambil (harta)nya, mencatatnya dan menjadi saksinya. 

Riba adalah : 
  • Jual beli salah satu dari an-naqdayn dengan yang lain (emas dengan perak) dengan penundaan penyerahan salah satunya. Yang dimaksud dengan an-naqdayn adalah emas dan perak, baik yang berbentuk mata uang atau lempengan, atau perhiasan dan atau masih dalam bentuk aslinya berupa butir-butir kecil (Tibr). 
  • Atau akad jual beli (emas dengan perak) dengan tanpa serah terima pada saat yang sama. Artinya dua orang yang bertransaksi (dalam jual beli emas atau perak tersebut) berpisah sebelum adanya serah terima. Atau melakukan akad jual beli antara jenis yang sama; emas dengan emas atau perak dengan perak, tapi dengan penundaan penyerahan dari salah satu keduanya (pihak penjual dan pembeli), atau dengan adanya perpisahan antara penjual dan pembeli sebelum saling menyerahterimakan dua barang tersebut. 
  • Atau membuat akad dalam transaksi jual beli emas dengan emas atau perak dengan perak dengan adanya tambahan timbangan pada salah satu dari keduanya. 
  • Demikian juga riba berlaku dalam jual beli makanan, artinya haram jual beli makanan dengan makanan lain yang berlainan jenis; seperti jual beli qamh dengan sya’ir kecuali jika memenuhi dua syarat; "yaitu tidak menyebutkan waktu penundaan dalam penyerahan, dan antara pembeli dan penjual tidak berpisah sebelum saling serah terima". Juga berlaku riba ini dalam jual beli makanan dengan makanan lain yang sama jenisnya; seperti jual beli burr dengan burr -dari jenis yang sama- kecuali dengan dua syarat yang disebutkan di atas dan satu syarat lagi; sama dalam timbangannya. Karena itulah haram jual beli sya'ir dengan sya'ir, kecuali apabila dengan: "takaran yang sama, tidak dengan penundaan penyerahan, dan saling serah terima sebelum berpisah". Haram menjual barang yang belum dia terima (dalam kepemilikannya). 
  • Atau menjual daging dengan hewan. 
  • Atau jual beli hutang dengan hutang; seperti apabila si Zaid berhutang kepada seseorang, kemudian orang tersebut menjual hutang (hartanya yang berupa hutang di Zaid) tersebut kepada ‘Amr (karena ia berhutang kepada 'Amr) dengan harga yang bertempo sampai satu bulan misalnya. 
  • Atau menjual sesuatu yang bukan miliknya. artinya menjual sesuatu yang bukan miliknya atau sesuatu yang tidak diwakilkan kepadanya untuk menjualnya. 
  • Atau menjual sesuatu yang tidak terlihat. Dalam satu pendapat imam Syafi’i menyatakan boleh jika disebutkan sifat-sifatnya. 
  • Tidak sah transaksi jual beli yang dilakukan oleh orang yang tidak mukallaf. Maka tidak sah jual beli orang yang gila atau anak kecil. Dalam madzhab imam Ahmad; sah jual belinya anak kecil yang sudah mencapai tamyiz. 
  • Atau jual beli barang yang tidak mampu untuk diserah terimakan. 
  • Atau Jual beli sesuatu yang tidak ada manfa’atnya. 
  • Menurut sebagian ulama tidak sah jual beli dengan tanpa menyebutkan shighat akad (ijab qabul), menurut sebagian ulama lainnya sah dengan taradli (saling ridla) walau dengan tanpa menyebut shighat akad. 
  • Jual beli sesuatu yang tidak masuk dalam kepemilikannya; seperti memperjual belikan orang merdeka dan tanah yang tidak bertuan. 
  • Jual beli benda majhul (barang yang tidak diketahui). 
  • Jual beli benda najis; seperti darah, 
  • Jual beli setiap benda yang memabukkan. 
  • Jual beli benda yang diharamkan; seperti thunbur (alat musik yang sejenis gitar). 
  • Juga haram jual beli benda yang halal dan suci kepada orang yang diketahui akan menggunakan benda tersebut untuk kemaksiatan; seperti menjual anggur kepada orang yang akan membuat khamr, atau menjual senjata kepada orang yang akan menyakiti orang lain. 
  • Jual beli benda-benda yang memabukkan. 
  • Menjual benda yang ada cacatnya dengan tanpa memberitahukan cacatnya.